MEDIA PEMBELAJARAN PETA KONSEP DAN
MIND MAPPING
PETA KONSEP
Peta konsep diartikan sebagai media
yang digunakan untuk menyatakan hubungan yang memiliki makna antara
konsep-konsep dalam bentuk proposisi (Dahar dalam Septiana, 1996:150). Peta konsep memiliki beberapa macam yaitu:
1. Pohon
jaringan, dalam konsep ini ide-ide pokok yang dibuat dalam bentuk persegi atau
bentuk yang lain, sedangkan beberapa kata yang lain dituliskan pada garis-garis
penghubung.
2. Rantai
kejadian dapat digunakan untuk memberikan urutan kejadian, langkah prosedur,
atau tahapan proses.
3. Peta
konsep siklus, rangkaian kejadian tidak menghasilkan hal yang final. Kejadian
yang terakhir dalam rantai ini akan berhubung kembali ke kejadian awal dan Peta konsep laba-laba yang digunakan untuk curah
pendapat ide-ide yang dimulai dari ide sentral. (Nur, 2000b).
Peta
konsep digunakan apabila materi-materi yang akan dijelaskan oleh guru
cakupannya luas dan banyak. Dengan menggunakan media pembelajaran peta konsep
ini diharapkan guru dapat dengan mudah menjelaskan materi kepada siswa, dan
dapat meminimalisir biaya yang dikeluarkan dalam pembuatan media, dikarenakan
pembuatannya hanya menggunakan biaya yang sedikit. Tapi apabila guru kurang
kreatif dalam menyusun peta konsep hal ini akan berdampak pada pembuatan peta
konsep yang membutuhkan waktu yang lama dalam penyusunannya serta akan menjadi
‘hal’ yang biasa saja di mata siswa.
Menurut
Novak dan Canas dalam Priyambodo, dkk menyatakan bahwa peta konsep yang baik
adalah peta konsep yang menunjukkan suatu hirarki dan organisasi yang tepat,
menggunakan kalimat penghubung yang sederhana namun bermakna dan menarik
peserta didik. Dalam pembuatan peta konsep juga perlu diperhatikan tentang
warna yang dipakai serta ketepatan materi.
Review:
Gambar
diatas merupakan salah satu media pembelajaran yang telah saya buat yaitu media
pembelajaran peta konsep. Seperti hal media-media yang sebelumnya sudah saya
jelaskan bahwa, media ini mengacu pada kompetensi dasar mata pelajaran sejarah
kurikulum 2013 jenjang SMK tentang proses masuk dan berkembangnya agama dan
kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia.
Media
pembelajaran peta konsep yang saya buat, menurut saya dalam hal judul sudah
jelas, karena mengunakan huruf kapital dan besar, dan seharusnya dapat
dijangkau oleh semua siswa yang berada di kelas. Dalam media ini saya
memberikan menekanan dua dimensi agar media ini lebih menarik serta dapat
dirasa bahwa tulisan itu timbul. Tulisan yang saya pakai hampir semua
menggunakan huruf kapital dan tegak, tapi ada beberapa tulisan yang miring,
sebenarnya tidak ada indikasi untuk menulis dengan huruf miring. Dalam peta
konsep ini saya membahas dua konsep tentang proses masuk Hindu-Buddha serta
pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia yang meliputi bidang politik dan
pemerintahan, bidang sosial, bidang budaya, dan bidang ilmu pengetahuan.
Pada
segi pemilihan warna saya menggunakan warna pada bagian belakang yang
menimbulkan kesan timbul pada tulisan, konsep-konsep saya warna hijau, sub-sub
konsep ada yang berwarna biru dan merah. Kelemahan dalam media ini terletak
pada proses masuk yang sub-konsep agama Buddha yang tidak diberikan penjelasan
singkat masuknya dengan proses apa, seperti halnya agama Hindu yang melalui
empat teori yaitu teori waisay, teori ksatria, teori brahmana, dan teori arus
balik.
MIND MAPPING
Mind
mapping menurut Jensen dan Makowitz dalam Syahidah (2015) merupakan teknik
visualisasi verbal ke dalam gambar yang dapat membantu merekam, memperkuat, dan
mengingat kembali informasi yang telah dipelajari. Mind mapping agar menarik
dapat dibuat dengan menggunakan manual artinya dengan tulisan tangan yang
dimana dapat dikombinasikan mengguankan warna yang kontras dengan alas,
contohnya kertas yang digunakan berwarna puti dapat menggunakan warna-warna
terang maupun warna gelap untuk memberikan kesan yang menarik. Dalam mind
mapping dapat juga menggunakan gambar untuk menunjukkan salah satu konsepnya,
serta juga penggunaan garis. Dengan begini dapat diartikan bahwa mind mapping
yang dibuat dengan kreatif dapat meningkatkan minat peserta didik untuk
belajar.
Ada beberapa ahli yang mengemukakan
tentang cara membuat min mapping salah satunya Deporter dan Hernacki yang
dikutip oleh Rahayu (2014) sebagai berikut:
1. Menuliskan
gagasan utama ditengah-tengah kertas dan dilingkupi dengan bentuk bangunan
antara lain lingkaran dan persegi.
2. Membuat
cabang yang keluar dari pusat untuk setiap gagasan utama menggunakan warna yang
berbeda,
3. Menuliskan
kata kunci pada tiap cabang dan dikembangkan secara detail/
Menambahkan simbol-simbol atau ilustrasi yang
sesuai dengan materi untuk mendapatkan ingatan yang lebih baik.
Mereka
juga mengemukakan tentang manfaat mind mapping yaitu, fleksibel yang diartikan
mudah menambahkan materi di tempat yang sesuai, dapat memusatkan perhatian pada
gagasan-gagasan, meningkatkan pemahaman, dan juga menyenangkan, sebab tidak
membatasi imajinasi dan kreativitas.
Untuk
membuat mind mapping dengan menggunakan kertas, maka sebaiknya menggunakan dua
atau lebih kertas contohnya kertas manila agar yang yang akan disampaikan termuat
semua serta tulisan yang telah dibuat dapat menggunakan huruf kapital dan besar
sehingga peserta didik yang duduk di meja paling belakang juga dapat melihat.
Serta menggunakan spiol warna yang tebal dan cerah untuk menulis atau
menggambar ilustrasi yang sesuai dengan materi.
Review:
Gambar
diatas merupakan hasil kerja saya tentang media mind mapping. Mind mapping saya
buat merupakan pengembangan dari peta konsep yang ada diatas. Dalam media ini
masih banyak terdapat kekurangan. Tulisan yang saya buakan memang sudah
menggunakan huruf kapital dan besar, tapi karena kertas manila ini tidak adan
garis batas dapat dilihat bahwa ukuran tulisan beragam, ada yang besar dan
kecil contohnya pada kata-kata ‘AGAMA DAN KEBUDAYAAN HINDU-BUDDHA...’ pada
tulisan AGAMA yang lebih besar hurufnya yaitu ‘AG’.
Pemilihan
warna menurut saya sudah cukup baik, dalam hal ini saya menggunakan beberapa
warna pada garis penghubung maupun pada tulisan. Seperti warna garis hitam
menunujukkan membagian konsep, lalu warna merah menunjukkan sub-sub konsep,
warna hijau untuk menunjukkan pembagian sub-sub konsep dan sebagainya.
Kekurangan media mind mapping dari segi warna ini juga terlihat dari beberapa
tulisan yang menggunkan spidol warna yang kurang tajam dan gelap, jadi terlihat
kabur karna latar belakang kertas utama yang dipake berwarna putih. Lalu
kekurangannya juga mind mapping ini sama sekali tidak menggunakan gambar
pendukung materi untuk memudahkan penjelasan. Dan ada beberapa tulisan yang
spasi satu sama lain kurang berjarak sehingga terlihat seperti bergabung atau
dalam bahasa Jawanya “nerecel”.
Sumber:
0 komentar:
Posting Komentar